Anda
pengemar cake? Tahukah Anda apa beda antarjenisnya? Mengapa cake yang satu
lembut di mulut, yang lain bertekstur khas? Mengapa pula yang satu lebih gurih
dan yang lain lebih manis? Tahukah Anda bahwa di balik kelezatan dan
penampilannya yang menggiurkan, ada rahasia-rahasia ilmu pangan yang berhak
Anda miliki? Inilah pedoman lengkap Anda untuk memilih ketika membeli cake yang
siap disantap, maupun bila Anda ingin membuat sendiri secara sukses.
A.
Rahasia
Mencampur
Cake dapat
dibuat dengan berbagai cara pencampuran bahan. Penggunaan pencampuran bahan
yang berbeda akan menghasilkan cake dengan mutu dan jenis yang berbeda pula.
Pada pencampuran konvensional, shortening, gula dan telur dikocok hingga kental
dan membentuk buih. Bahan kering seperti tepung terigu, garam dan bahan
pengembang dicampur rata. Susu dan bahan aroma ditambahkan secara berseling ke
dalam adonan telur dan dilakukan dalam dua tahap. Campuran bahan kering
ditambahkan dalam tiga tahap.
Pada tiap
penambahan, pengadukan dilakukan seminimal mungkin untuk mencegah pengembangan
gluten yang berlebihan. Setelah penambahan bahan kering yang terakhir, adonan
cake terus dikocok hingga halus atau sekitar 30-60 detik.
Pencampuran
sponge konvensional merupakan variasi dari metode konvensional. Pada metode ini
putih dan kuning telur dipisahkan terlebih dahulu. Kuning telur dikocok dengan
lemak dan gula. Adonan cake dicampur seperti pada metode konvensional. Campur
putih telur dengan gula, kocok hingga membentuk buih yang stabil, lalu campur
dengan adonan cake. Buih putih telur berperan meningkatkan volume atau
pengembang cake jika shortening yang digunakan tidak mengandung bahan
pengemulsi.
Cake yang
dibuat dengan metode muffin mengandung lemak dan gula yang relatif lebih
tinggi. Telur dan susu diaduk dengan lemak yang telah dicairkan. Bahan-bahan
kering tersebut (tepung, garam, gula) kemudian dicampur dengan menggunakan
mixer. Dengan metode ini cake yang dihasilkan cenderung tipis dan teksturnya
kasar karena bahan-bahan yang digunakan tidak tercampur rata. Metode ini tidak
memerlukan banyak waktu, cake yang dihasilkan pun dapat disajikan segar.
Selain
metode diatas, ada juga metode modifikasi dari metode pembuatan muffin. Dalam
metode ini, semua bahan kering harus tercampur rata. Setelah rata tambahkan
bahan cair. Dengan cara ini, penyebaran bahan pengembang akan merata. Metode
ini dikenal juga dengan nama metode pencampuran satu wadah atau satu tahap.
Semua bahan-bahan kering yang telah diayak, ditaruh dalam wadah atau mangkuk
besar. Tambahkan lemak, susu dan flavour (misalnya, coklat, moka atau sari
buah). Campuran kemudian diaduk dengan mixer atau dengan tangan selama waktu
tertentu. Tambahkan susu dan telur, lalu kocok hingga volumenya naik. Pada
metode ini sebaiknya gunakan shortening yang telah dicampur dengan bahan
pengemulsi.
Metode
yang banyak digunakan dalam pembuatan cake adalah metode pastry. Pada metode
ini lemak dan tepung dicampur bersama-sama. Tambahkan gula, baking powder dan
setengah dari volume susu, campur hingga rata. Masukkan telur dan sisa susu,
kocok dengan mixer. Lemak akan tersebar merata dan tekstur cake yang dihasilkan
akan baik.
Untuk angel
cake, pencampuran bahan da sedikit perbedaan. Mula-mula campur bahan kering
seperti gula dengan cara mencampur ¼ hingga jumlah gula, garam dan tepung hingga rata.
Kocok putih telur dan krim tartar hingga berbentuk busa halus, tambahkan bahan
cita rasa, kocok hingga berbuih. Pengocokan tidak boleh berlebihan, jika
berlebihan cake akan kaku dan tidak elastis. Tambahkan bahan kering, aduk
dengan mixer perlahan-lahan, jaga agar buih tidak pecah dan tidak terdapat
gumpalan tepung.
B.
Jenis-jenis
Cake
Dari
sekian banyak jenis cake yang dijual di pasaran, cake dapat dikelompokkan
menjadi tiga jenis, yaitu shortened cake (cake shortening), sponge cake dan angel
cake serta chiffon cake.
Shortened
cake disebut juga cake mentega, jika menggunakan mentega sebagai lemaknya.
Tetapi dewasa ini banyak yang menggunakan lemak khusus (shortening) yang
mengandung bahan pengemulsi. Dengan menggunakan jenis lemak ini, cake akan
memiliki volume dan tekstur yang sangat baik.
Sedangkan
sponge dan angel cake bersifat ringan dan mempunyai flavour yang enak. Jenis
cake ini tidak mengandung lemak dan tidak dikembangkan dengan karbondioksida
(menggunakan baking powder).
Sponge
dan angel cake mengandung persentase telur, gula dan air yang relatif tinggi.
Busa telur sangat berperan penting pada jenis cake ini. Chiffon cake merupakan
kombinasi anatar sponge dan shortened cake. Sponge cake mempunyai penampakan
dan tekstur yang sama dengan chiffon cake. Cake jenis ini mengandung buih
telur, minyak dan baking powder.
C.
Beda
bahan, beda peran
Bahan
dasar yang digunakan untuk pembuatan cake adalah tepung terigu, lemak, gula,
telur, cairan atau air, krim tartar serta bahan pengembang. Tepung terigu yang
digunakan adalah jenis tepung terigu yang biasa digunakan untuk membuta cake
yaitu tepung segitiga biru. Sedikit kandungan protein dalam tepung tepung cake
akan digumpalkan oleh panas dan pati didalamnya akan mengembang kemudian
matang, sehingga membentuk struktur cake yang pas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembuatan angel cake sebaiknya 1/3 dari tepung cake diganti dengan pati
gandum.
Jenis
lemak yang digunakan akan menentukan jumlah udara yang dapat diperangkap dalam
adonan cake. Lemak juga menentukan volume dan tekstur cake. Shortening yang
telah ditambahkan dengan bahan pengemulsi merupakan lemak yang sangat cocok
untuk cake. Bahan pengemulsi dalam shortening menyebabkan penyebaran lemak yang
merata dalam adonan cake. Jika lemak berkurang atau jenis lemak yang digunakan
kurang baik, cake akan membentuk lubang-lubang atau lorong-lorong yang besar
akibat pengembangan gluten yang berlebihan saat pengocokan. Gunakanlah setengah
mentega dan setengah shortening sebagai lemak.
Berbeda
dengan lemak, gula pasir berfungsi sebagai pengempuk cake dengan cara
merintangi pengembangan gluten. Gula juga meningkatkan suhu penggumpalan dan
pengembangan protein dan pati, sehingga memberikan waktu bagi bagi bahan
pengembang untuk mengembang secara lebih merata. Cake dengan gula tinggi akan
lebih empuk dibandingkan cake dengan sedikit gula.
Selain
gula, telur juga dapat membentuk tekstur cake. Protein telur akan menggumpal
oleh panas dan akan menstabilkan struktur berongga-rongga pada awal
pemanggangan. Jika cake menggunakan jumlah telur yang banyak, maka harus
diimbangi dengan jumlah lemak dan gula yang tinggi pula. Telur juga dapat
berfungsi sebagai sumber cairan untuk cake, selain susu, air atau sari buah.
Jika jumlah cairan atau air tidak cukup, maka cake akan kasar dan kering.
Sedangkan jika terlalu banyak cairan, akan memperlemah struktur cake dan
memperkecil volume cake.
Dalam
pembuatan shortened cake, selain bahan-bahan diatas juga digunakan bahan
pengembang seperti baking powder. Jika menggunakan bahan pengembang, perlu
diperhatikan jumlah telur yang digunakan, sebab telur dapat meningkatkan jumlah
udara yang terperangkap dalam adonan. Sebutir telur dapat menggantikan ¼ sendok
makan baking powder. Jika menggunakan baking powder atau soda kue yang terlalu
banyak, maka cake akan bertekstur kasar dan tidak seragam.
Berbeda
dengan shortened cake, dalam sponge cake digunakan krim tartar. Krim tartar
secara kimia disebut kalium asam tartrat (KHC H O), yang merupakan bahan
pengasam untuk menstabilkan buih telur. Angel cake menggunakan 1 sendok teh
krim tartar per 1 cangkir putih telur, sedangkan sponge cake menggunakan 1,5
sendok teh per mangkuk kuning telur atau telur utuh. Penambahan bahan ini akan
membuat warna cake lebih putih.
D.
Masalah
dalam cake dan kemungkinan penyebabnya
1. Tekstur
kasar : terlalu banyak gula dan bahan pengembang, suhu oven terlalu rendah,
pengocokan tidak cukup setelah penambahan tepung.
2. Bagian
sisi cake tinggi tetapi bagian tengahnya rendah : terlalu banyak penggunaan
bahan (gula, lemak, pengembang), cairan tidak cukup, pengocokan tidak cukup
setelah penambahan tepung, loyang terlalu kecil untuk jumlah adonan yang
digunakan, suhu oven terlalu rendah, cake dipindah/diangkat pada saat
dipanggang, cake kurang waktu saat pemanggangan.
3. Bagian
atas cake tidak seragam : terlalu banyak tepung, jumlah susu kurang, lemak atau
gula kurang, pengocokan terlalu lama setelah penambahan tepung, suhu oven
terlalu tinggi, loyang cake yang digunakan terlalu dalam.
4. Kurang
empuk dan terlalu kering : tidak cukup lemak, gula dan cairan; terlalu banyak
tepung atau telur, terlalu lama pengocokan setelah penambahan tepung.
5.
Tekstur
padat dan volumenya rendah : bahan pengembang tidak cukup (gas hilang sebelum
dipanggang), terlalu banyak cairan, shortening yang digunakan bermutu rendah
dan tanpan bahan pengemulsi, udara yang terangkap dalam cairan cake sedikit,
terlalu lama pengocokannya setelah penambahan tepung, loyang terlalu kecil
untuk jumlah adonan yang dipanggang, suhu oven terlalu rendah.
6. Bagian
atas cake melengkung pecah atau berbentuk lubang memanjang : gula atau lemak
tidak cukup, terlalu banyak pengocokan setelah penambahan tepung, suhu oven
terlalu tinggi.
7.
Lapisan
dasar/bawah terlalu padat : kurang pengocokan, terlalu banyak cairan (air,
susu).
8.
Terbentuk
lubang atau rongga : terlalu lama pengocokan, terlalu banyak baking powder.
9. Bagian
tengah berwarna gelap : waktu pemanggangan kurang, suhu oven terlalu rendah,
melakukan pengangkatan atau pemindahan cake selama pemanggangan, terlalu banyak
bahannya (gula, lemak, pengembang).
10. Remah
keras dan kering : terlalu sedikit lemak, gula, cairan; terlalu banyak tepung
atau telur, pengocokan terlalu lama setelah penambahan tepung.
11.
Cake
melewati loyang : terlalu banyak baking powder, loyang terlalu kecil.
Okk
... itu tips-tips mengenai cake. Semoga bermanfaat. Mohon saran dan kritik. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar