SEDIKIT BERHARAP pada
KEAJAIBAN ALLAH
Masih aku inget pertama kalinya
aku ngerasa jatuh cinta. Cinta pertama yang aku alami saat aku duduk di SD.
Sebenarnya dia itu laki-laki yang biasa aja pas pertama dilihat, tapi kalau pas
ngobrol dia lucu juga. Apalagi kalau dia ngobrol sama aku kadang kalimatnya tuh
sedikit gagap dan engga lancar. Dia adalah teman, sahabat dan cinta pertamaku.
Kami satu TK, satu SD, satu SMP dan kami selalu sekelas selama 9 tahun dari 10
tahun kami satu sekolah. Jadinya hampir tiap waktu kami ketemu dan kami selalu
duduk depan belakang. Kalau ada tugas-tugas kelompok pasti kami juga satu
kelompok dan aku hafal banget semua tugas hampir aku sama temenku yang
ngerjain. Namanya juga satu sekelompok sama cowok-cowok jadi jangan harap dia
mau nulis tugasnya. Kebersamaan-kebersamaan simpel seperti itulah yang kadang
membangkitkan suatu rasa gembira, senang dan damai dalam diriku. Hingga entah
apa rasa yang aku rasakan itu apa namanya. Cinta terhadap lawan jenis? Cinta
sama sahabat lelakimu? Cinta sama sikapnya yang bikin kita jengkel sekaligus
gemes sama dia? Dan itu aku rasain selama kelas satu dan dua SMP. Tapi aku save
rasa itu karna aku sendiri engga yakin sama perasaanku dan aku anggep aku
sayang sama dia karna dia sahabatku. Hingga kami terpisah di kelas tiga, dia di
kelas VIID dan aku VII E. Sejak itulah kami sedikit renggang dan hanya
kadang-kadang bertemu dengan saling say hello. Sampai akhirnya aku kenal sosok
pria lain yang sekelas sama dia, dia anak band dan sepertinya ngasih harapan.
Tapi dengan ada insiden temen-temen sekelasku bilang aku jadian/pacaran sama
sahabatku itu (I’amr u, dari dulu aku masih takut ngekpos nama dia ke banyak
orang dan aku sering bikin inisial namanya), pria anak band itu udah engga
ngasih harapan kaya dulu lagi. Tapi, aku juga engga tau kenapa pria anak band
itu tiba-tiba ngejauh dari aku semenjak ada gosipku sama sahabatku. Karna
ngrasa engga enak, aku ngirim surat ke sahabatku itu dan bilang kalau aku suka
sama pria lain bukan dia (sahabatku itu). Dan yang terjadi sahabatku itu juga
ngejauh sama aku, aku tau dia marah sama aku. Tapi aku engga tau alasan
pastinya dia marah sama aku, entah karna gosip yang bikin dia malu atau yang
lainnya. Sampai sekarang pun aku tak tau (8 tahun dari insiden itu).
Setelah
kelulusan, aku dan sahabatku itu makin jauh. Kami tidak satu sekolah. Aku
memilih masuk SMA dan dia masuk SMK gambar bangun. Setiap pagi berangkat ke
sekolah aku slalu berharap bisa ngeliat dia meskipun sebentar aja dan ternyata
Tuhan mengabulkan doaku. Tiap pagi aku masih bisa liat dia. Dan suatu hari di
kelas dua, aku ngasih surat ke dia pas mau berangkat. Bodo lah diliat sama
bapak. Aku udah engga sanggup lagi memendam perasaanku. Dan salahnya aku kenapa
aku musti bo’ong kalau aku engga punya pacar ke dia, padahal dia pernah liat
aku boncengan sama pacarku. Dia mutusin engga mau komunikasi lagi sama aku. Sampai
kuliah pun hubungan kami masih kaku dan bener-bener dingin. Kalau boleh jujur,
aku ternyata bener-bener cinta sama dia. Kadang penyesalan yang ada di hatiku
ini ngebutain perilakuku sama diriku sendiri. Tiap rindu sama sosok sahabatku
itu, aku ngrasa pengin teriak histeris dan nangis sekencang mungkin. Harapan
terakhirku hanya Tuhan, aku hanya bisa berdoa dan meluapkan apa yang aku
rasain. Perasaan bersalah itu masih aku rasain sampai sekarang. Yang aku tau
aku sayang sama sahabatku itu, aku mencintai sahabatku itu dan aku berharap dia
cinta pertamaku dan mungkin cinta terakhirku. Aminn.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar