Kamis, 26 Maret 2015

SEDIKIT BERHARAP pada KEAJAIBAN ALLAH


Masih aku inget pertama kalinya aku ngerasa jatuh cinta. Cinta pertama yang aku alami saat aku duduk di SD. Sebenarnya dia itu laki-laki yang biasa aja pas pertama dilihat, tapi kalau pas ngobrol dia lucu juga. Apalagi kalau dia ngobrol sama aku kadang kalimatnya tuh sedikit gagap dan engga lancar. Dia adalah teman, sahabat dan cinta pertamaku. Kami satu TK, satu SD, satu SMP dan kami selalu sekelas selama 9 tahun dari 10 tahun kami satu sekolah. Jadinya hampir tiap waktu kami ketemu dan kami selalu duduk depan belakang. Kalau ada tugas-tugas kelompok pasti kami juga satu kelompok dan aku hafal banget semua tugas hampir aku sama temenku yang ngerjain. Namanya juga satu sekelompok sama cowok-cowok jadi jangan harap dia mau nulis tugasnya. Kebersamaan-kebersamaan simpel seperti itulah yang kadang membangkitkan suatu rasa gembira, senang dan damai dalam diriku. Hingga entah apa rasa yang aku rasakan itu apa namanya. Cinta terhadap lawan jenis? Cinta sama sahabat lelakimu? Cinta sama sikapnya yang bikin kita jengkel sekaligus gemes sama dia? Dan itu aku rasain selama kelas satu dan dua SMP. Tapi aku save rasa itu karna aku sendiri engga yakin sama perasaanku dan aku anggep aku sayang sama dia karna dia sahabatku. Hingga kami terpisah di kelas tiga, dia di kelas VIID dan aku VII E. Sejak itulah kami sedikit renggang dan hanya kadang-kadang bertemu dengan saling say hello. Sampai akhirnya aku kenal sosok pria lain yang sekelas sama dia, dia anak band dan sepertinya ngasih harapan. Tapi dengan ada insiden temen-temen sekelasku bilang aku jadian/pacaran sama sahabatku itu (I’amr u, dari dulu aku masih takut ngekpos nama dia ke banyak orang dan aku sering bikin inisial namanya), pria anak band itu udah engga ngasih harapan kaya dulu lagi. Tapi, aku juga engga tau kenapa pria anak band itu tiba-tiba ngejauh dari aku semenjak ada gosipku sama sahabatku. Karna ngrasa engga enak, aku ngirim surat ke sahabatku itu dan bilang kalau aku suka sama pria lain bukan dia (sahabatku itu). Dan yang terjadi sahabatku itu juga ngejauh sama aku, aku tau dia marah sama aku. Tapi aku engga tau alasan pastinya dia marah sama aku, entah karna gosip yang bikin dia malu atau yang lainnya. Sampai sekarang pun aku tak tau (8 tahun dari insiden itu). 

Setelah kelulusan, aku dan sahabatku itu makin jauh. Kami tidak satu sekolah. Aku memilih masuk SMA dan dia masuk SMK gambar bangun. Setiap pagi berangkat ke sekolah aku slalu berharap bisa ngeliat dia meskipun sebentar aja dan ternyata Tuhan mengabulkan doaku. Tiap pagi aku masih bisa liat dia. Dan suatu hari di kelas dua, aku ngasih surat ke dia pas mau berangkat. Bodo lah diliat sama bapak. Aku udah engga sanggup lagi memendam perasaanku. Dan salahnya aku kenapa aku musti bo’ong kalau aku engga punya pacar ke dia, padahal dia pernah liat aku boncengan sama pacarku. Dia mutusin engga mau komunikasi lagi sama aku. Sampai kuliah pun hubungan kami masih kaku dan bener-bener dingin. Kalau boleh jujur, aku ternyata bener-bener cinta sama dia. Kadang penyesalan yang ada di hatiku ini ngebutain perilakuku sama diriku sendiri. Tiap rindu sama sosok sahabatku itu, aku ngrasa pengin teriak histeris dan nangis sekencang mungkin. Harapan terakhirku hanya Tuhan, aku hanya bisa berdoa dan meluapkan apa yang aku rasain. Perasaan bersalah itu masih aku rasain sampai sekarang. Yang aku tau aku sayang sama sahabatku itu, aku mencintai sahabatku itu dan aku berharap dia cinta pertamaku dan mungkin cinta terakhirku. Aminn.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar